" The real life, the real
world can you find here.."
Hi Blogger..
Udah lama banget nih aku ganulis..
Tanggal 9 Agustus kemarin kebetulan,
eeh, ga kebetulan sih, tapi sengaja.. aku sengaja beli buku ini (sebenarnya udah lihat dari bulan February
lalu tapi aku belum tertarik untuk beli karena lihat sinopsis-nya, aku pikir buku
ini mengenai politik, secara aku ga suka banget sama politik. Jadi aku selalu ragu untuk beli buku ini ). Namun
entah kenapa koq keinginan aku kuat banget untuk baca buku ini, akhirnya setelah berselancar kesana kemari di
blog para ‘novel mania’ dan membaca review dari mereka, aku akhirnya tertarik untuk membacanya sendiri.
Dan sesuai janji-ku pada posting tanggal 9 Agustus lalu di Riezchi’s Corner aku
pun akan me-review buku ini juga, meskipun sangat amat terlambat, tapi setidaknya aku juga ikut menuangkan sudut
pandang-ku mengenai novel yang membius ini. Nah, sebelum mulai me-review saya bagikan dulu sinopsis
yang ada di cover buku :
Ketika Barry Fairbrother meninggal di usianya yang baru awal empat puluhan, penduduk kota Pagford sangat terkejut.
Dari luar, Pagford terlihat seperti kota kecil yang damai khas Inggris, dengan alun-alun, jalan berbatu, dan biara kuno. Tetapi di balik wajah nan indah itu, tersembunyi perang yang berkecamuk.
Si kaya melawan si miskin, remaja melawan orangtua, istri melawan suami, guru melawan murid ... Pagford tak seindah yang terlihat dari luar.
Dan kursi kosong yang ditinggalkan Barry di jajaran Dewan Kota menjadi pemicu perang terdahsyat yang pernah terjadi di kota kecil itu. Siapakah yang akan menang dalam pemilihan anggota dewan yang dikotori oleh nafsu, penipuan, dan pengungkapan rahasia-rahasia tak terduga ini?
Ketika Barry Fairbrother meninggal di usianya yang baru awal empat puluhan, penduduk kota Pagford sangat terkejut.
Dari luar, Pagford terlihat seperti kota kecil yang damai khas Inggris, dengan alun-alun, jalan berbatu, dan biara kuno. Tetapi di balik wajah nan indah itu, tersembunyi perang yang berkecamuk.
Si kaya melawan si miskin, remaja melawan orangtua, istri melawan suami, guru melawan murid ... Pagford tak seindah yang terlihat dari luar.
Dan kursi kosong yang ditinggalkan Barry di jajaran Dewan Kota menjadi pemicu perang terdahsyat yang pernah terjadi di kota kecil itu. Siapakah yang akan menang dalam pemilihan anggota dewan yang dikotori oleh nafsu, penipuan, dan pengungkapan rahasia-rahasia tak terduga ini?
Sinopsis tersebut, saya akui sangat menipu saya. Pertama kali melihat buku ini dan membaca synopsis tersebut saya langsung kecewa, sudah sangat berharap ingin membeli, namun karena membaca synopsis ini saya langsung mengurungkan niat saya. Yaa..seperti yang saya katakana diatas, dalam pikiran saya buku ini menceritakan mengenai sebuah perjalanan dan pertarungan dalam dunia politik yang runyam dan berbelit-belit yang tidak saya sukai.
Namun setelah saya membacaya sendiri,
ternyata saya salah mengenai persepsi saya sendiri. Buku ini sangat menarik minat
saya, dan buku ini berbeda dari semua buku yang telah saya baca. Realitas kehidupan
mulai dari yang indah sampai yang paling suram dapat saya temui disini. Dua
kata dari sudut pandang saya mengenai buku ini “Beginilah hidup..” Ini real,
benar-benar terjadi dalam kehidupan nyata, dalam kehidupan kita sehari-hari pastilah
kita akan menemui adegan-adegan seperti dalam buku ini. Bahkan mengenai sisi gelap
kehidupan juga terpapar dengan gambling disini, mulai dari tindak kekerasan,
sex, narkoba, kenakalan remaja, bullying dan bunuh diri. Tidak hanya itu yang
lebih mengesankan lagi, suara hati dari masing-masing tokoh saya nilai sangat
pas, dan sering terjadi pada diri saya sendiri.
Tidak ada antagonis dan tidak ada
protagonis, semua tokoh memiliki pandangan masing-masing, memiliki motivasi masing-masing,
memiliki insting sendiri untuk bertahan hidup, dan memiliki kekurangan dan kelebihan
masing-masing. Semua akan diserahkan kepada kita para pembaca lebih menyukai siapa
dan memihak kepada siapa. Banyaknya tokoh
dalam buku ini pasti kita akan merasa ada beberapa tokoh yang kepribadiannya mirip
dengan orang-orang disekitar kita, atau bahkan mirip dengan kepribadian kita sendiri.
Saya sendiri, ada beberapa tokoh
yang saya sukai, misalnya Barry Fairbrother, meskipun novel ini berawal dari kematiannnya,
namun banyak kutipan dari para tokoh lain yang membuat kita tau seperti apa sosok
laki-laki meyenangkan, cerdas dan popular ini. Selain itu saya menyukai pasangan
Wall, Collin Wall dan Tessa Wall, yang penyabar dan berkepala dingin. Samantha
Mollison juga saya kagumi karena sikapnya yang apa adanya, tidak munafik berusaha
jujur kepada diri sendiri maupun kepada orang-orang terdekatnya, dia sangat
membeci kesombongan dan ambisi berlebihan. Pada adegan di akhir buku dimana
Samantha merubah diri menjadi lebih baik lagi, menjadi lebih religious saya
semakin menyukai tokoh ini. Untuk tokoh remaja saya menyukai Andrew Price, yang
penurut, pekerja keras, dan sopan, namun dia sangat membeci ayahnya yang
semena-mena dan diktator. Menurut saya piribadi, kepribadian Andrew Price mirip
dengan kepribadian saya. Dan ada satu tokoh yang sangat tidak saya sukai, dia adalah
Stuart Wall, atau Fats Wall, menurut saya Fats ini seperti ‘boy from hell..’
anak nakal bermulut pedas, suka menindas orang-orang yang lemah, bertindak sesuai
kemauannya sendiri tanpa memikirkan persaan orang lain, memiliki orang tua yang
baik, penyabar dan penuh kasih saying kepadanya, namun dia tidak punya rasa
terima kasih sama sekali, bahkan dengan sengaja melakukan hal-hal tidak menyenangkan
dengan maksud menyakiti hati orang tuanya. Namun diakhir buku Fats akhirnya mendapat
ganjaran setimpal dari semua perbuatan kejamnya.
Buku ini sendiri tidak menceritakan
secara detail bagaimana pertarungan sengit yang berkecamuk dalam dunia politik,
seperti pada judulnya “Perebutan Kursi Kosong”. Namun memang benar adanya bahwa
kursi kosong yang ditinggalkan Barry Fairbrother di Dewan kota Pagford menjadi benang
merah cerita ini. Dimana beberapa tokoh yang berambisi untuk mengisi kursi tersebut
baik atas kemauan sendiri maupun atas kehendak orang lain, dengan motivasi masing-masing
dan bagaimana reaksi keluarga dan orang-orang terdekat mereka, menjadi sebuah rentetan
cerita realitas yang panjang saling berhubungan dari satu tokoh ketokoh lainnya.
J. K Rowling memang brilliant, bagaimana sebuah cerita sederhana dari realitas kehidupan
bisa menjadi sebuah novel hebat yang membius.
Terakhir ada beberapa pesan moral
yang dapat dipetik dari buku ini. Kita harus menyadari bahwa dunia ini tidak hanya
sekedar hitam dan putih seperti pada novel Harry Potter, tetapi manusia memiliki
kekurangan dan kelebihan masing-masing, tidak ada yang benar-benar jahat juga tidak
ada yang benar-benar baik. Kita juga tidak boleh meremehkan orang lain yang
kita anggap lemah, bodoh atau apalah, karena orang-orang tersebut juga dapat melakukan
hal-hal luar biasa. Juga jangan pernah menilai keburukan seseorang melalui mata
kepala kita yang telanjang, karena dibalik semua keburukan yang manusia lakukan,
pastilah ada sebab dan musababnya. Dan apapun yang kita lakukan Tuhan tidak pernah
tidur, dia pasti akan membalas semua perbuatan kita yang baik maupun yang
buruk.
Okay guys, begitulah mosi saya mengenai
novel ini. Sekali lagi, semua yang saya tuliskan diatas adalah pendapat pribadi
saya, jika kita berbeda pendapat, yaa.. begitulah kehidupan, pribadi manusia tidak pernah sama.
Yooo.. yang belum baca dan suka
genre realitas buruan langsung beli, yang tadinya suka genre fantasy seperti
saya, kalo bosan berkutat dengan sihir, mahluk-mahluk menabjubkan, tokoh-tokoh
legenda serta hal-hal yang tidak dapat dijelaskan dengan akal sehat, ga ada
salahnya sekali-kali membuka mata tentang sesuatu yang real.
See ya next posting..
Makasih udah baca..
My
rating about this book : 9.0 of 10
No comments:
Post a Comment