Sunday, May 18, 2014

Ngintip isi Gedung Sate Bandung

Hi Guys.......
I'll make some noise now, cause i'm happy... ^^
Kali ini aku mau ceritain pengalaman aku masuk ke Landmark paling terkenal dari kota Bandung, apalagi kalo bukan Gedung Sate.. Kenapa koq segitu bangganya bisa masuk ke Gedung Sate..?? Nah seperti yang kebanyakan orang tau ya,, Gedung Sate ini meskipun merupakan sebuah Landmark, namun tempat ini bukanlah tempat rekreasi atau tempat wisata seperti kebanyakan LandmarkLandmark lainnya. Gedung Sate ini merupakan Heritage yang dijadikan sebagai gedung pemerintahan. Yap, gedung ini-lah tempat ngantornya Gubernur Bandung dan team-nya, hehehehe.. So, otomatis, tidak semua orang bisa masuk ke dalam gedung ini guys...!!! Di pintu gerbangnya aja ada plakat bertuliskan peringatan "Bukan jalan umum. Yang tidak berkepentingan dilarang masuk !!!" Terus gimana ceritanya tu, koq malem minggu kemarin aku bisa masuk ke gedung bersejarah bagi kalangan terbatas ini,,, Uwooouuuww... Koq bisa.. koq bisa... ya bisa... simak cerita aku ya guys..


Bandung, 17 Mei 2014
Sore itu menjelang senja, cuaca di kamar tidurku dingin sekali, ya hujan memang sedang mengguyur kawasan tempat tinggalku, Bandung Tengah. Sambil malas aku mengecek BB-ku, iseng-iseng memeriksa personal massage teman-teman, disana aku melihat 'PM' si Ari, dia sedang kebingungan cari makan buat malam ini katanya. Didorong rasa bosan, aku pun berinisiatif mengajak Ari jalan-jalan sambil cari makan malam.

Singkat cerita aku dan Ari akhirnya memutuskan untuk makan malam terlebih dahulu, sebelum jalan-jalan. Kami memilih salah satu tempat makan favorit di daerah Lodaya. Ditempat makan, seperti biasa, ada saja hal aneh yang kami jumpai, dan memaksa  kami untuk bergosip, hahahaha. Kami beranjak dari tempat makan sekitar pukul 20.45. Bingung harus kemana, akhirnya aku memutuskan untuk keliling kota saja, lagian aku juga bosan harus ke Mall terus. Dari lodaya terus ke palasari, burangrang, simpang lima, asia-afrika >> lewat Gedung Merdeka, ternyata lagi ada event juga di sini, pameran keris. Lanjut ke jalan braga, balai kota, wastu kencana, naik ke jalan riau, belok ke purnawarman, ranggagading (daerah kampus tercinta, yeeeiyy), balubur, lalu belok kiri ke arah jalan dago. Dari dago terus masuk ke jalan surapati. Di lampu merah alan surapati, aku melihat Gedung Sate yang terang benderang, dan sebelum aku sempat nyeletuk, si Ari udah nyeletuk duluan, "Kak, kita foto2 di Gedung Sate yuk..?" dan aku pun langsung mengiyakan.

Dimenit berikutnya, kami sudah berada di Gazibu. Dan malam ini benar-benar berbeda dari malam-malam lainnya. Gazibu dipenuhi oleh anak-anak muda dari berbagai komunitas. Mereka berkumpul berkelompok-kelompok, ramai sekali, padahal malam itu suhu udara cukup dingin, 22,4 derajat Celcius. Ada yang cuma sekadar bercanda, ada yang menyalurkan hobby mereka, tapi yang paling banyak adalah berfoto. Dengan kamera SLR dan DSLR andalan, kamera mereka keren-keren semua, mulai dari Canon sampai Nikkon. Dengan percaya diri kami hanya mengandalkan kamera Tab Samsung dan Blackberry, hahahaha. 


Awalnya aku dan Ari hanya melakukan sesi foto dari seberang Gedung Sate, yaitu di tepi Lapangan Gazibu, seperti yang kebanyakan orang lain lakukan. Namun, karena belum puas kamipun menyeberang dan mendatangi Gedung tersebut. Kami bertekad untuk masuk. Kebetulan malam itu sepertinya sedanga ada acara di Gedung tersebut, itulah mengapa Gedung Sate yang biasanya hanya diterangi lampu warna-warni pada bagian atapnya di malam hari, menjadi sangat terang benderang malam itu. Kami tidak mengetahui, event apa yang sedang digelar disana. Namun aku meyakini itu adalah sebuah acara pemerintah yang dihadiri oleh pejabat-pejabat tinggi.

Dekat nekat, kami mendekati gerbang utama sayap kiri, disana terpampang plakat, bertuliskan peringatan dilarang masuk. Disamping gerbang yang besar, ada pintu gerbang yang lebih kecil tempat pejalan kaki, dan didekatnya ada pos security besar yang terlihat nyaman. Kami berdiskusi di depan gerbang utama itu, mendiskusikan apa alasan kami meminta ijin pada security untuk masuk ke dalam. Sambil berdiskusi, aku memperhatikan keadaan sekitar, halaman gedung yang luas dan asri, pos jaga yang nyaman, bahkan pintu masuk utama Gedung Sate yang terbuka lebar (jarang sekali terlihat terbuka, bahkan di siang hari sekalipun), dan orang-orang yang lalu lalang di pintu tersebut. Saat itulah aku melihat seorang security dari pos jaga berjalan keluar dan menuju ke arah gedung. Akupun bertekad keras untuk masuk kehalaman gedugn itu.

Kami mendekati pintu gerbang kecil untuk pejalan kaki. Aku mengecek gerendel pintu yang terselot, disana juga terlihat gembok besar menggantung di gerendel, sempat agak kecewa menyangka pintu tersebut terkunci, namun aku tetap keukeuh menarik gerendel tersebut, dan alangkah senangnya ternyata bisa terbuka. Kami pun segera masuk. Kami berjalan santai menyusuri taman luas gedung tersebut. Dan buru-buru mengambil foto, kalau-kalau security menyadari kedatangan orang asing dan mengusir kami. Setelah mengambil beberapa foto, keadaan tampak aman, tidak ada security yang menghampiri kami, padahal malam itu banyak sekali petugas keamanan ini. Melihat keadaan yang aman, kami memutuskan untuk mengeksplor seluruh halaman gedung ini. Setelah puas berkeliling, kamu kembali ke centre of square, yaitu tiang bendera yang berdiri megah, posisinya persis di seberang pintu utama. Di pelataran itu ada beberapa orang yang sedang duduk sambil merokok, sepertinya mereka adalah pers. Mereka tampak mengenakan name tag. Kami pun ikutan duduk disana. Aku memperhatikan orang-orang yang keluar masuk dari pintu utama terseut, semuanya mengenakan name tag.

Didorong oleh rasa penasaran, kami memutuskan untuk masuk kedalam, sekadar hanya melihat bagaimana sih interior gedung yang selama ini populer dalam berbagai foto. Mengambil kesempatan dari secutity yang sibuk mengambil foto seseorang yang sepertinya penting, karena security2 tersebut bergantian untuk dapat difoto dengan orang tersebut. Aku mengatakan pada Ari bahwa orang itu pastilah pejabat tinggi.

Dengan nekat dan percaya diri, kami berjalan tanpa canggung dan malu memasuki gedung tersebut, 5 meter... 4 meter... 3 meter.. kami hampir berhasil, 2 meter... riuh rendah suara dari dalam gedung mulai terdengar jelas, 1 meter... kami mulai menaiki undakan tangga pualam, setengah meter... kami melewati gerombolan orang-orang yang sibbuk berfoto dan para security, daaaaannnnnnnn...... Yaaaaaapppp, kami pun berhasil melewati pintu utama yang tidak dijaga, kami masuk ke sebuah lobby luas, berbentuk hampir lingkaran. Ditengah-tengah sebuah meja bundar besar bertengger, diatasnya terdapat vas besar berisi bermacam bunga, di langit-langit sebuah lampu kristal indah menawarkan sinar lembut kekuningan. Part ruangan berikutnya kembali di pisahkan oleh tiga undakan anak tangga pualam lagi. Didasar tangga, disebelah kiri terdapat banner besar berisi foto sang Gubernur Jabar, Ahmad Heriawan, dan disebelah kanan juga terdapat banner yang sama, namun berisi foto Sang wakil Gubernur Dedy Mizwar. 

Kami terus melaju, menaiki undakan tangga tersebut. Disinilah keramaian terlihat. Di sayap kiri dan kanan ternyata adalah sebuah Aula besar simetris. Di sisi depan aula depan ini terdapt koridor panjang yang entah berujung kemana. Namun koridor ini terhubung langsung dengan aula besar di sisinya, dipisahakan oleh semacam partisi yang dapat di buka-tutup. Nah, dispenjang koridor ini banyak terdapat kamera-kamera media, dan sejumlah sound sistem, dengan kabel-kabel rumit. Di sayap kanan Aula besar, tampak seorang sedang berorasi di  atas panggung, di depannya sejumlah kursi dan meja di penuhi oleh orang-orang. Di sayap kiri, aula besar berisi meja-meja panjang prasmanan. Diatasnya tampak berbagai macam makanan dan minuman. Kontras dengan aula sayap kanan, aula yang telah disulap menjadi ruang makan ini, tampak lengang,hanya berisi beberapa orang saja, mungkin karena saat itu sudah pukul 10 malam.

Kami berjalan terus, dan mentok berhadapan dengan pintu ganda besar yang bagus, diatasnya terdapat plakat bertuliskan 'RUANG RAPAT'. Di kiri dan kanan ruang rapat tesebut merupakan sebuah koridor panjang yang melintangi dua koridor yang saya ceritakan di awal tadi. Ruangan dalam gedung ini sepertinya serba simetris. Kami lantas memutuskan untuk ke toilet, lagi-lagi dengan percaya diri saya menayakan kepada cleaning services yang berlalu-lalang dimana letak toilet. Ternyata toilet wanita berada di sayap kiri dan toilet laki-laki terletak di sayap kanan, kamipun berpisah jalan. Letak toilet persis berada di ujung koridor. Seperti halnya toilet di Gedung Merdeka, toilet ini juga memiliki keunikan, bergaya lama namun tetap modern, magis, hard to explain, menurut saya keren.

Keluar dari toilet, saya kembali menelaah bagian ruang lain sebanyak yang saya mampu. Kemabali saya menemui koridor panjang, persis di sisi depan bagian samping toilet, koridor ini terlihat gelap. Di ujung bagian depan koridor, yang berlawanan dengan toilet, saya melihat adanya tangga melengkung, yang juga terbuat dari pualam. Sempat tergerak untuk menjelajah tangga ini, dan melihat lantai atas, namun bagian itu juga terlihat gelap dan jujur agak-agak mengerikan.

Setelah cukup puas dengan tour singkat kami di gedung ini, kamu memutuskan untuk keluar, sebelum ada security yang mengusir kami. Kami kembali melewati lobby utama, dan berpapasan dengan komedian komeng, dan seorang dari srimulat yang saya tidak tahu namanya. Orang ini adalah orang yang saya sangkakan pejabat penting tadi, saat di antri foto bareng oleh security saat di depan tadi. Kami kembali melewati jalan masuk kami tadi, melewati gerbang kecil yang kembali saya pasang gerendelnya. Syukurlah pos security masih kosong, sehingga kami tidak perlu repot-repot memberi penjelasan jika ditanyai oleh security.

Masih excited, kami masih belum beranjak meninggalkan gedung ini, masih berdiri di depan gerbang utama, kali ini di sayap kanan. Di situ kami melihat baligho besar yang dibawahnya ada foto komedian Komeng. Dari situ juga kami mengetahui, bahwa acara yang sedang berlangsung di dalam itu adalah sebauah acara Musyawarah Besar Persatuan Pelawak Indonesia.
Pelataran gedung mulai ramai di datangi oleh segerombolan anak-anak muda yang ingin berfoto. Sepertinya mereka juga sangat penasaran ingin bisa masuk ke gedung bersejarah ini. Namun tidak satu pun dari mereka yang berani masuk.

Kami lalu bertanya-tanya, apakah benar gedung ini memang tidak boleh dimasuki. Jangan-jangan sebenarnya memang boleh. Kami pun menghapus rasa penasaran ini dengan mendekati pos security di sayap kanan, dan bertanya kepada security jaga yang berdiri di luar pos, apakah kami boleh masuk ke dalam. Ternyata kami tidak di perbolehkan, si securiity menjawab hanya dengan gelengan kepala dengan sombongnya. Hahahaha....
Rasanya ingin sekali saya berkata begini pada si security sombong itu "Waduh pak, tapi kita barusan dari dalam, sudah pake toilet segala, untung tidak makan malam sekalian tadi di ruang makan, hahaha.." Ya, saya yakin, jika tadi kami dengan cueknya masuk keruang makan, mengambil piring, dan mengambil makanan, tidak akan ada satu pun orang yang akan menegur kami, karena ruang makan sepi, dan saat didalam gedung tadi, sepertinya kami diterima, layaknya kami adalah bagian dari acara tersebut.

Hmmmmm.. benar-benar pengalaman yang mengesankan sekali. Selama ini sudah sangat sering melihat Gedung Sate, dan sudah beberapa kali berfoto di depannya, namun baru sekali ini menjajal dalam gedung tersebut.

Gimana guys, kepanjangan ya ceita aku,, tapi seru ya kaaannn.. So, make some noiiiissseee guys....

Toilet Wanita di Lantai Dasar Gedung Sate


Thanks for reading..
Always Riezchi here,,
See ya....


2 comments:

  1. Gasibu neng, bukan Gazibu. Gabungan Sepakbola Indonesia Bandung Utara.

    ReplyDelete
  2. Ohh.. tengkyu yah teh Clara buat infonya.. Saya sendiri juga baru tau kalo Gasibu itu ada kepanjangannya... Hatur nuhun pisan buat inpohnya teteh,,, :)

    ReplyDelete