"Sesungguhnya akhir itu lebih baik daripada permulaan..." QS. Dhuha
Bandung, 26 November 2016
Rrrrr-riiiiiing.
Pagi itu aku terbangun oleh deringan dari handphone.
Masih agak linglung, kulihat nama yang tertera di layar. 'Mommy'.
Sabtu, biasanya kami kerap saling telponan, namun tidak sepagi ini. Masih mengantuk ku jawab telponan dari mom.
"Halo mom".
"Adek, udah bangun?"
"Mmm-mm udah mom"
"Sudah denger kabar"
"......." jantung berdetak, kepala berkecamuk, memikirkan kabar buruk apa yang mungkin terjadi.
"Kabar apa mom..?"
"Einstein udah ga ada, meninggal tadi subuh"
"Innalillahi wa innailaihi rojiun..." speechlees ga mampu berkomentar apa-apa lagi.
......
Bang Einstein? Bang Einstein meninggal? Sebenarnya tidak seharusnya aku seheran dan sekaget ini. Karena abang sejak September tahun lalu sudah mulai sakit keras hingga kurus sekali. Teringat terakhir bertemu abang September tahun lalu. Abang beserta Mas Ari, Om Regar dan tentunya mom tercinta menjemput di stasiun Tugu Yogyakarta. Saat abang menghampiri saya berkata,
"bang entin ya..."
"Ya ampuun teganya, masa ga inget" sanbil nyengir simpul
"Maap bang, abis pangling, inget cuma penegasan koq,,"
Yang membuat pangling pada saat itu adalah, karena berat badan abang begitu menyusutnya, Sehingga wajahnya berubah sekali.
Dari obrol-obrolan selama di Jogja, diketahui abang terkena penyakit usus. Pada saat itu juga masih di bawah pengawasan obat dokter maupun obat tradisional. Menurut abang, dia bisa terkena sakit itu karena, terlalu banyak mengkonsumsi kopi dan rokok, tidak makan dan begadang. Miriiiis sekali.
Semenjak bulan september itu, beberapa kali kami mendapat kabar di 'grup sepupu' jika abang bolak-balik opname di RS. Cityscan, rongene, tapi penyakit tidak pernah nampak. Baru beberapa bulan yang lalu stev memberi kabar di grup, penyakit abang akhirnya ketahuan. Dan dokter mudah-mudahan bisa fokus pada penyakit tersebut.
Namun beberapa hari setelah kabar tersebut, justru kami semua mendapat kabar menyedihkan ini. Abang pergi.
Teringan jaman dulu waktu masih di Bajubang, saat liburan, abang berkunjung ke rumah kami. Aku, Kak Ferdy dan Abang bermain kuartet, semalaman suntuk, hampir tiap malam. Kartu kuartet itu pun, kami ciptakan sendiri.
Masih tidak menyangka kini abang telah pergi. Namun ya sudahlah. Segalanya akan kembali kepada Allah.
Selamat jalan Bang Einstein, semoga bahagia di sisi-Nya.